Dengansurat ini saya ingin mengajak Tuan untuk bekerja sama. Saya mempunyai kain batik tulis yang berkualitas dengan harga yang murah. Berikut ini saya kirimkan beberapa contoh kain tersebut beserta daftar harganya. Apabila Tuan tertarik, saya mengharapkan Tuan untuk mengajukan permintaan.
Penggemar batik pasti tidak asing dengan batik tulis. Di dunia batik sendiri ada berbagai macam batik seperti batik printing, batik cap, batik tulis, dan lain sebagainya. Mungkin sebagian orang bertanya-tanya mengapa harga batik tulis tergolong lebih mahal dibandingkan dengan batik printing atau batik cap. Alasan Harga Batik Tulis Tergolong Lebih Mahal Dibandingkan Jenis Batik Lainnya? 1. Penggunaannya memerlukan perhatian lebih Batik tulis berbeda dengan jenis batik cap dimana pengerjaan secara manual membutuhkan perhatian yang lebih. Dari segi coraknya, grafisnya, hingga letak motif pada batik tulis tidak dapat presisi seperti batik cap. Ketika akan dijahit, batik tulis harus diposisikan sesuai polanya sehingga pengerjaannya harus dengan kehati-hatian ekstra. 2. Merupakan simbol dari tingginya jiwa seni seorang pengrajin Pengrajin batik tulis dianggap mempunyai jiwa seni tinggi dan tidak dimiliki oleh semua orang. Diperlukan pembelajaran secara khusus agar bisa menjadi seorang pengrajin batik jenis tulis. Pengrajin batik tulis biasanya secara turun-temurun sehingga tidak semua orang bisa menjadi pengrajin batik tulis tanpa keahlian atau skill dalam bidang tersebut. 3. Dikerjakan secara manual Perbedaan antara batik tulis dengan jenis batik lainnya yakni dalam hal proses pembuatannya. Batik tulis dikerjakan secara manual dengan menggunakan beberapa peralatan yang mendukung, salah satunya adalah canting. Untuk menyelesaikan desain batik, satu desain membutuhkan waktu lama karena proses membatiknya perlu ketelitian ekstra. 4. Setiap desain mempunyai karakter tersendiri Proses pembuatan batik tulis membutuhkan waktu lama dan ketelitian sehingga harus ditekuni dengan sabar. Karena sepotong kain jenis batik tulis tidak akan mungkin untuk dikerjakan lebih dari satu orang. Bahkan, tidak bisa diteruskan atau diwakilkan orang lain karena menciptakan suatu karakter batik. 5. Motif batik tidak pasaran Batik cap mungkin akan banyak ditemukan kembarannya di pasaran. Namun berbeda dengan batik tulis yang tidak akan ditemukan kesamaan motif di pasaran. Hal ini dikarenakan motif pada batik tulis berbeda-beda dan selalu update mengikuti pola terbaru. Semakin rumit dan unik motifnya, semakin mahal harganya. 6. Biaya produksi batik tulis lebih tinggi Batik cap maupun batik printing menggunakan teknik produksi yang lebih terjangkau dibandingkan dengan teknik pembuatan batik tulis. Produksi pada batik cap dan batik printing dibuat dalam jumlah yang begitu banyak. Berbeda dengan batik tulis yang tergolong jarang ditemukan motifnya di tempat lain. 7. Tidak ada pengulangan gambar pada proses pembuatan batik tulis Motif dan pola pada batik tulis tampak lebih ramping karena pembuatannya dikerjakan secara manual dan tidak ada pengulangan gambar seperti pada jenis batik lainnya. Berbeda dengan batik cap dan batik printing yang menggunakan mesin, bukan menggunakan tangan manusia secara manual.
Tutimenyebutkan, harga batik tulis bisa mencapai Rp 90.000 hingga jutaan rupiah per lembar. Dengan harga yang lebih tinggi dari batik cap, batik tulis hanya diminati
Kualitas Batik – Batik merupakan warisan budaya kebanggan indonesia yang sudah terkenal di nusantara dan internasional. Banyak pecinta batik yang rela mengeluarkan kocek yang dalam untuk memperoleh batik yang berkualitas. Nilai sebuah batik sebenarnya terletak pada cara pembuatannya yakni batik tulis, batik cap dan batik print. Dari ketiga jenis batik ini, batik yang paling baik dan berharga adalah batik tulis. Karena proses nya membutuhkan waktu yang sangat lama untuk menghasilkan batik “hand-made” dan membutuhkan kesabaran dari pengrajinnya. Setiap kain batik tulis tidak akan pernah sama, karena dibuat menggunakan tangan. Tahukan Anda apa syarat sebuat kain sah dikatakan sebagai batik? Batik merupakan kain yang proses pelukisannya menggunakan canting dan cairan lilin malam sehingga membentuk lukisan – lukisan bernilai tinggi diatas kain mori. Jadi untuk mengklaim bahwa kain tersebut adalah kain batik yakni menggunakan canting dan cairan lilin malam. Jenis batik yang masih otentik yakni batik tulis dan batik cap, sedang batik print bisa dikatakan sebagai batik imitasi. Anda tentu ingin memiliki batik yang premium dan otentik bukan untuk melengkapi setiap outfit di setiap kesempatan. Simak 5 cara menilai kualitas batik berikut ini. Lihat Motifnya Bisa diperhatikan secara seksama motif batik tersebut, jika batik agak berantakan, warnanya beleber maka kemungkinan batik tersebut adalah batik tulis atau cap. Besar kemungkinan batik yang dilukis menggunakan lilin malam khususnya batik tulis mustahil untuk sama karena dilukis menggunakan tangan manusia. Lihat motif yang sama dalam satu kain, jika tidak rapi maka dapat dipastikan bahwa batik tersebut merupakan batik tulis. Berbeda dengan batik cap yang cenderung lebih rapi dan motif dalam satu kain cenderung sama. Namun, karena proses pembuatannya menggunakan malam panas jadi mungkin bisa saja luber. Jadi perhatikan motifnya untuk menilai kualitas kain tersebut. Cium bau Kainnya Kain batik tulis dan cap hand-made cenderung memiliki bau khas lilin malam yang mirip minyak tanah. Jadi untuk menilai kualitas batik tersebut, Anda bisa mencoba mencium bau kain batiknya. Batik print tidak menggunakan malam sama sekali, jadi tak akan mengeluarkan bau lilin malam. Namun berbeda kasusnya jika batik print tersebut ditumpuk bersama batik tulis atau cap dalam waktu yang lama maka teknik ini tidak akurat. Anda bisa memadukan cara menilai kualitas batik lainnya untuk hasil akurat. Lihat bagian depan dan belakang kain Salah satu cara pengecekan batik tulis atau cap hand-made adalah dengan membalikkan sisi belakang kain dan saksikan dengan seksama. Dalam batik print, bagian sisi belakang kain memiliki warna yang tidak jelas dan pudar karena yang dicetak hanya sisi depan saja. Disisi lain batik tulis atau cap dilukis menggunakan cara mengoleskan lilin malam pada bagian depan dan bagian belakang kain, sehingga memiliki warna cerah secara konsisten di kedua sisi depan dan belakang setelah direndam ke dalam wadah pewarna. Baca Juga Tips Padu Padan Batik Casual Tekstur kain Pada kebanyakan batik tulis dan cap khususnya yogyakarta dan Solo memiliki tekstur yang lebih kaku. Karena masih tersisa lilin malam yang belum bersih, berbeda dengan batik print yang relatif lebih bertekstur lembek karena tidak ada serpihan lilin malam. Cukup raba kain batik batik tersebut, batik cap dan tulis cenderung memiliki permukaan yang tidak merata karena pewarnaannya. Perbedaan Harga Cara menilai yang bisa menjadi acuan adalah harga. Jika harga kain batik berkisar 50rb hingga 250rb bisa dipastikan batik tersebut batik print atau campuran. Jika kain tersebut diatas 500rb maka bisa lihat secara seksama baik tekstur, bagian kain, motif dan bau nya untuk menilai kualitas batik tersebut. Nah cukup mudah bukan untuk menilai batik berkualitas otentik atau Cuma imitasi. Sebelum membeli batik secara online perhatikan apakah toko tersebut terpercaya atau tidak? Punya outlet atau tidak dan lokasinya pun harus jelas. Untuk menghindari miss dalam membeli produk batik secara online. Jika Anda suka dengan konten ini jangan lupa ikuti kami dan bagikan ke teman-teman agar meraka tau cara menilai kualitas batik. Pesan Seragam Batik Berlogo Seragam Batik Custom Seragam Batik Kerja Semoga Bermanfaat Batik Omah Laweyan 1,765 total views, 1 views today
ApakahDemo Termasuk Bela Negara? Jumat 27 Dec 2019 10:01 WIB. Reporter :Endah Diva Qaniaputri. Ilustrasi. Foto: theconversation.com. ESQNews.id, JAKARTA – Demo atau unjuk rasa kerap sering terjadi. Karena adanya rasa kurang setuju antara pihak satu dengan yang lainnya. Mayoritas orang berharap demo adalah jalan keluar untuk menyatakan pendapat.
Pasar domestik batik mengalami kelesuan pada tahun 2017 akibat pemasaran yang kurang serta kesulitan bahan kain dan pewarna. Perlu ada peningkatan kualitas batik dengan cara dengan peningkatan pemenuhan keinginan yang sesuai dengan konsumen untuk menambah ketertarikan pasar. Masing-masing konsumen memiliki persepsi kualitas batik yang didasari latar belakang yang berbeda-beda yang dapat dipenuhi perajin tanpa meninggalkan batik yang sebenarnya. Batik tulis merupakan tekstil kerajinan yang dikerjakan menggunakan malam panas dengan canting tulis. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui persepsi konsumen terhadap kualitas produk batik tulis. Penelitian ini menggunakan teknik sampling acak untuk mendapatkan data persepsi konsumen batik yang ada di pameran batik “Batik to the Moon”. Penelitian ini menghasilkan data konsumen batik menginginkan kualitas batik tulis dengan bahan kain yang nyaman, tapak canting yang rapi, motif yang menarik dan pewarnaan yang berkualitas yang perlu dipersyaratkan dan dipenuhi produsen. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free 75 PERSEPSI KUALITAS BATIK TULIS Hand-writen batik perception Guring Briegel Mandegani, Joni Setiawan, Vivin Atika dan Agus Haerudin Balai Besar Kerajinan dan Batik, Jalan Kusumanegara 7, Yogyakarta, Indonesia gbmandegani Tanggal Masuk 10 Agustus 2018 Tanggal Revisi 26 September 2018 Tanggal disetujui 28 September 2018 ABSTRAK Pasar domestik batik mengalami kelesuan pada tahun 2017. Hal ini dikarenakan kurangnya pemasaran dan kesulitan dalam mendapatkan bahan baku kain dan pewarna. Salah satu cara peningkatan pasar domestik batik adalah dengan cara menggencarkan pemasaran dan memenuhi keinginan konsumen. Masing-masing konsumen memiliki persepsi kualitas batik berdasarkan berbagai latar belakang yang dapat dipenuhi perajin tanpa meninggalkan batik yang sebenarnya. Penelitian ini akan membahas secara spesifik mengenai batik tulis. Batik tulis merupakan tekstil kerajinan yang dikerjakan menggunakan malam panas dengan canting tulis. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi konsumen terhadap kualitas produk batik tulis. Penelitian ini menggunakan teknik sampling acak untuk mendapatkan data persepsi konsumen batik yang ada di pameran batik “Batik to the Moon”. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa konsumen batik menginginkan batik tulis dengan bahan kain yang nyaman, tapak canting yang rapi, motif yang menarik, dan pewarnaan yang berkualitas, sehingga hal tersebut perlu dipersyaratkan dan dipenuhi oleh produsen. Kata Kunci batik, batik tulis, kualitas, konsumen ABSTRACT In 2017, batik domestic market faced a decrease in market demand caused by less than ideal marketing and difficulties in obtaining fabrics and dyes. Improvement on batik marketing needs to done by means of intense marketing and also fulfilling consumer’s needs. Each consumer has a perception on the product that can be fulfilled by the craftsmen based on their own different backgrounds. This research will focus on hand-written batik. Hand-written batik is a handicraft textile that is done using hot wax and writing canting. The purpose of this study is to determine consumer perceptions of the quality of batik products. This research uses random sampling technique to get data of batik consumer perception in batik exhibition "Batik to the Moon". The result of this research shows that batik consumer wants quality hand-written batik uses comfortable fabric, good hand-written technique, interesting motif and coloring that need to be qualified and fulfilled by batik producer. Keywords batik, hand-written batik, quality, consumer’s needs. PENDAHULUAN Batik merupakan komoditas tekstil yang berkembang dalam hal desain motif yang didasari kesukaan konsumen terhadap motif serta warna yang digunakan. Telah banyak produk batik yang diproduksi dengan menggunakan berbagai media tekstil dengan motif khas tiap daerah dan secara langsung memperkaya seni batik di Indonesia. 76 D i n a m i k a K e r a j i n a n d a n B a t i k , Vol. 35, No. 2, Desember 2018,75-84 Akan tetapi pada tahun 2017, produk batik mengalami penurunan permintaan, khususnya di pasar domestik akibat lesunya pemasaran, kesulitan bahan kain dan pewarna Rahayu, 2017 serta berkembangnya produk tiruan batik dengan harga yang lebih murah. Padahal produk batik memiliki prospek industri kreatif yang mampu menyerap banyak tenaga kerja Salma, Eskak, & Wibowo, 2016. Oleh karena itu, perlu upaya untuk mengangkat pemasaran dan memudahkan pemenuhan bahan baku batik tulis agar industri batik mampu bangkit dan meningkatkan produksinya. Kualitas produk batik dipengaruhi oleh bahan baku kain, malam/lilin batik, zat pewarna, kondisi lingkungan dan sumber daya manusia Moerniwati & Ayoe, 2013. Produk batik yang sudah jadi, tentunya perlu dijaga kualitasnya, salah satunya dalam ketahanan luntur warna kain. Peningkatan kualitas produk batik, secara langsung akan meningkatkan kemampuannya untuk memperoleh pasar. Selain dari kualitas produk, produsen juga perlu memperhatikan motif yang akan diproduksi sehingga mampu menciptakan trend fashion tersendiri. Gaspersz 2002 menyebutkan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk mencapai suatu kualitas dari suatu produk. Hal tersebut digunakan sebagai dasar perencanaan strategis dan analisis, terutama untuk produk manufaktur, serta dapat digunakan sebagai acuan kualitas produk. Bagian tersebut adalah 1 Kinerja performance, merupakan karakteristik operasi pokok dari produk inti dan dalam batik adalah kinerja produk batik dalam bentuk fungsi atau kegunaannya. Produk batik dapat berupa sandang, lukisan, ataupun aksesoris tergantung dari penggunaan yang diinginkan; 2 Ciri-ciri atau keistimewaan tambahan features, yaitu karakteristik sekunder atau pelengkap. Batik memiliki karakteristik khas dari hasil karya seni tangan yang menghasilkan kreasi motif dan desain yang berbeda dengan kerajinan tekstil lain, serta memiliki filosofi dari kreasi hasil penciptaannya; 3 Kehandalan reliability, yaitu kemungkinan produk mengalami kerusakan atau gagal pakai. Batik kain dengan kompleksitas dalam proses pembuatannya, tetap dijaga kualitas produk akhirnya. Kualitas tersebut dapat diketahui dari warna yang tahan luntur serta kain yang tahan sobek; 4 Kesesuaian dengan spesifikasi conformance to specification, yaitu sejauh mana karakteristik produk memenuhi standar-standar yang telah ditetapkan sebelumnya. Kualitas batik pada kain perlu diuji dengan standar SNI Batik kain yang sudah ada, sehingga kualitas produk yang dihasilkan dapat terjamin. SNI Batik pada kain memberikan spesifikasi tidak ada sobek, lubang, serta persyaratan kualitas tahan luntur; 5 Daya tahan durability, yaitu berkaitan dengan berapa lama produk tersebut dapat terus digunakan. Batik saat ini memiliki kendala dalam produk warna alam. Batik dengan pewarnaan alami masih bermasalah pada daya tahan warna yang cepat pudar. Hal itu tentu perlu penanganan sehingga tidak kalah dengan kualitas batik warna sintetis; 6 Serviceability, meliputi kecepatan, kompetensi, kenyamanan, kemudahan direparasi, penanganan keluhan yang memuaskan. 7 Estetika, yaitu daya tarik produk terhadap panca indera. Batik dengan motif yang beraneka ragam tentunya menambah kekayaan budaya Indonesia, terlebih ragam khas daerah terus berkembang dan menunjukkan cirinya masing-masing. Hal tersebut perlu dikembangkan sesuai dengan keinginan pasar tanpa meninggalkan budaya yang P e r s e p s i K u a l i t a s B a t i k T u l i s . . . , Mandegani 77 sudah ada. 8 Kualitas yang dipersepsikan perceived quality, yaitu citra dan reputasi produk serta tanggung jawab perusahaan terhadapnya. Persepsi merupakan cara pandang seseorang terhadap suatu objek tertentu dengan cara yang berbeda-beda. Perbedaan tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor yakni pengetahuan, pengalaman, pendidikan, serta cara pandang dari kepentingan seseorang. Persepsi positif maupun negatif seseorang terhadap suatu objek terbentuk dan akan segera muncul ketika ada rangsangan yang memicu. Persepsi merupakan hasil kerja otak dalam memahami atau menilai suatu hal yang terjadi di sekitarnya Waidi, 2006. Konsumen produk batik akan melakukan evaluasi terhadap kualitas batik yang akan dibeli, sehingga persepsi terhadap batik akan muncul dari setiap individu. Persepsi merupakan sikap seseorang melakukan seleksi, pengaturan dan interpretasi informasi dalam menciptakan gambaran secara keseluruhan Kotler & Keller, 2008. Persepsi dari masing-masing konsumen bersifat subjektif Sumarwan, 2011, hal itu dikerenakan konsumen memiliki harapan serta latar belakang yang berbeda terhadap suatu produk Mowen & Minnor, 2002. Supriyatna 2011 melakukan penelitian tentang persepsi terhadap minat beli pakaian batik mahasiswa di IPB dan menghasilkan kesimpulan bahwa harga menentukan keputusan untuk membeli produk batik. Persepsi mahasiswa subjek penelitian tersebut mengemukakan bahwa produk batik pakaian jadi dapat digunakan pada berbagai aktifitas oleh semua kalangan dengan mode yang tetap terdepan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi di masyarakat awam mengenai kualitas batik tulis yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode teknik sampel random sederhana. Populasi pada penelitian ini adalah pengunjung Pameran Batik “Batik to the Moon” yang diselenggarakan di Jogja Expo Center, Yogyakarta pada tanggal 25-29 Oktober 2017 dan produsen batik di Pamekasan, Sragen, Yogyakarta, Pekalongan dan Cirebon. Sebanyak 40 orang pengunjung pameran batik dengan asumsi sebagai masyarakat awam sekaligus konsumen, dan 50 orang produsen batik disurvei mengenai persepsi kualitas batik tulis. Metode pengambilan data menggunakan skor dengan Skala Likert. Data kuisioner yang diambil ditujukan untuk mengetahui persepsi kualitas batik tulis yang meliputi persepsi bahan baku, tapak canting, motif dan warna. Pernyataan yang diajukan untuk mengetahui persyaratan dasar kualitas batik yakni 1. Bahan kain - tekstur pegangan kain 2. Bahan kain - tebal tipis kain 3. Bahan kain - jenis anyaman kain 4. Tapak canting - ketebalan tapak klowong, isen-isen 5. Tapak canting - kehalusan tapak klowong, isen-isen 6. Tapak canting - ketegasan tapak klowong, isen-isen 7. Tapak canting - kebersihan tapak canting tembokan 8. Warna - jenis zat warna yang digunakan 9. Warna - kecerahan warna 10. Warna - keragaman warna 11. Warna - jenis/arah warna 12. Warna - kekuatan warna 13. Motif - jenis motif 14. Motif - kerapatan dan kehalusan motif HASIL DAN PEMBAHASAN Pengunjung pameran batik “Batik to the Moon” cukup bervariasi. Ada banyak pengunjung dengan berbagai latar belakang 78 D i n a m i k a K e r a j i n a n d a n B a t i k , Vol. 35, No. 2, Desember 2018,75-84 pendidikan, pekerjaan, dan umur yang tertarik pada batik. Hasil pengolahan data pada pengunjung memperlihatkan bahwa pada Gambar 1, sebanyak 47% responden, memprioritaskan bahan kain ketika akan memilih batik tulis yang akan dibeli. Bahan kain yang baik, halus, dan nyaman dipakai menjadi pertimbangan konsumen batik. Selain itu, batik tulis seharusnya menggunakan bahan yang baik karena proses yang rumit. Apabila menggunakan bahan yang tidak baik, maka harga produk batik tulis bisa mengalami penurunan, terlebih jika produk batik tulis tersebut merupakan batik tulis halus yang sangat rumit. Sebanyak 23% pengunjung lebih memilih memperhatikan tapak pencantingan pada pilihan pertama. Ada kemungkinan bahwa pengunjung ini merupakan konsumen yang memang mengerti batik sehingga hal yang pertama kali diperhatikan adalah tapak canting. Konsumen ini memperhatikan detail pembuatan batik yang dibuat dengan kekhususan teknik pencantingan malam panas yang akan menghasilkan tapak canting dengan hasil yang halus, sedang ataupun kasar. Sama halnya dengan produsen batik yang menurut Gambar 1. Persentase pilihan pertama kualifikasi batik tulis menurut konsumen hasil kuisioner lebih mementingkan tapak canting sebagai ciri batik yang berkualitas. Gambar 2. Persentase pilihan pertama kualifikasi batik tulis menurut produsen batik Hasil cantingan yang rapi dan terkesan halus, akan meningkatkan harga dan juga nilai seni dari batik itu sendiri. Hal tersebut terlihat pada Gambar 2, sebanyak 64% produsen yang disurvei sepakat bahwa kualitas batik terutama tulis, ditentukan oleh tapak pencantingannya. Kehalusan produk batik secara visual, sangat ditentukan oleh goresan canting oleh perajin yang tentu saja mempunyai keterampilan membatik yang cukup mumpuni. Tanpa dibekali kemampuan tersebut, hasil pencantingan akan menjadi relatif kurang rapi atau kasar. Tapak canting batik tulis bervariasi dari tiap daerah. Batik tulis daerah Imogiri, batik tulis daerah Pekalongan ataupun daerah lain memiliki kekhasan masing-masing. Hal itu dipengaruhi oleh karakter masyarakat pembatik. Daerah Pekalongan memiliki sifat pembatikan yang relatif lebih halus daripada Imogiri, Yogyakarta. Berbeda lagi dengan batik tulis dari Cirebon yang menggunakan teknik kalenan yang membentuk klowong dengan ukuran yang kecil. Hal tersebut tentunya punya daya tarik masing-masing. Pada Gambar 3, dapat terlihat bahwa sebanyak 30% pengunjung memperhatikan Bahan kain47%Tapak canting23%Warna0%Abstain20%Bahan kain8%Tapak canting64%Warna2%Motif6%Abstain20% P e r s e p s i K u a l i t a s B a t i k T u l i s . . . , Mandegani 79 Gambar 3. Persentase pilihan kedua kualifikasi batik tulis menurut konsumen tapak canting pada pilihan kedua setelah memperhatikan bahan kain yang digunakan. Setelah konsumen mengetahui bahan kain yang digunakan sesuai dengan kebutuhannya, maka konsumen melanjutkan persepsi dengan memperhatikan tapak canting halus, sedang atau kasar. Berbeda dengan persepsi konsumen, produsen batik memilih bahan kain setelah kualitas pencantingan. Beberapa produsen bahkan mengganggap kain sama pentingnya dengan tapak canting, karena kualitas pencantingan jika dikerjakan pada kain yang berkualitas rendah seperti kain prima tentunya akan berbeda dengan kain primissima. Sebanyak 36% produsen memilih bahan kain sebagai pilihan kedua terlihat pada Gambar 4. Bahan kain juga menentukan kualitas produk batik ketika sudah menjadi produk terutama jika berupa produk sandang. Setelah memperhatikan hasil tapak canting, pengunjung akan memperhatikan motif dari batik tulis. Pada Gambar 5, terlihat bahwa sebanyak 35% pengunjung memperhatikan motif dari batik yang akan dibeli. Jika motif menarik, akan menambah persepsi positif dari konsumen untuk membeli produk tersebut. Persepsi positif terhadap suatu produk akan menguatkan Gambar 4. Persentase pilihan kedua kualifikasi batik tulis menurut produsen batik Gambar 5. Persentase pilihan ketiga kualifikasi batik tulis menurut konsumen sikap dan pada akhirnya akan menambah niat untuk membeli Purwanto, 2008. Produsen batik memiliki pendapat bahwa batik yang baik, selain tapak pencantingan dan kain yang berkualitas, didukung oleh warna dan motif yang batik, hal tersebut tersampaikan pada Gambar 6 dan Gambar 8. Pewarnaan yang rapi, tanpa noda dan merata menjadikan batik lebih menarik bagi konsumen. Selain itu, pemilihan warna juga berdampak pada kesukaan konsumen, terlebih saat ini banyak batik kontemporer yang memiliki warna cerah. Pada kriteria penggunaan zat warna, produsen beranggapan warna alam dan sintetis sama saja, dengan syarat yang terpenting pada proses pewarnaan adalah Bahan kain17%Tapak canting30%Warna8%Motif25%Abstain20%Bahan kain36%Tapak canting8%Warna10%Motif26%Abstain20%Bahan kain5% Tapak canting20%Warna20%Motif35%Abstain20% 80 D i n a m i k a K e r a j i n a n d a n B a t i k , Vol. 35, No. 2, Desember 2018,75-84 Gambar 6. Presentase pilihan ketiga kualifikasi batik tulis menurut produsen batik produk yang dihasilkan tidak mengalami kerusakan ataupun ketidakrataan warna. Kualitas produk batik tulis dengan pewarnaan alami, telah banyak dilakukan, salah satunya adalah dengan ekstrak tegeran Cudrania javanensi dengan hasil ketahanan luntur 4-5 pada pengujian gosokan basah dan 4 pada pengujian pencucian dan sinar matahari langsung Atika & Salma, 2017. Daya tahan produk batik warna alam sesungguhnya berkualitas baik, namun memang perlu penanganan yang berbeda dengan produk batik warna sintetis, salah satu penanganannya adalah tidak boleh menggunakan sabun cuci kain biasa atau deterjen karena akan mempercepat proses pudar pada warna produk batik tersebut. Oleh karena itu, perlu penelitian agar mampu meningkatkan daya tahan warna alam pada produk batik sehingga tahan lama dan tidak cepat pudar dibandingkan warna sintetis. Pada Gambar 7, lebih dari 50% pengunjung memilih warna sebagai pilihan keempat dari kualitas produk batik yang akan dibeli. Kekuatan warna, jenis warna, keragaman, kecerahan dan jenis warna dipertimbangkan konsumen setelah memperhatikan hal yang sebelumnya disampaikan. Warna mempengaruhi konsumen untuk membeli batik yang sesuai dengan selera dan kesukaan masing-masing konsumen. Apabila konsumen memang mengerti batik, maka pilihan sumber warna yakni warna alam dan sintetis juga mempengaruhi keinginan konsumen. Selain itu, konsumen juga memperhatikan kualitas tingkat kelunturan warna. Konsumen berharap bahwa batik yang dibeli, sudah tidak luntur ketika dicuci, karena stigma masyarakat tentang warna batik yang selalu luntur ketika dicuci, akan melunturi pakaian yang lain dan pada akhirnya membangun persepsi negatif yang menjadikan niat membeli menurun. Pengunjung yang disurvei juga diberikan pertanyaan mengenai persyaratan yang diperlukan untuk membuat produk batik tulis yang berkualitas. Pada Gambar 9, sebanyak 45% sampel pengunjung yang setuju bahwa produk batik tulis perlu memperhatikan dan menggunakan bahan yang berkualitas, dan nyaman untuk konsumen. Lebih dari 38% pengunjung merasa sangat setuju terhadap penggunaan kain yang berkualitas pada batik tulis. Hanya 17% yang menyatakan tidak setuju atau sangat tidak setuju. Gambar 7. Persentase pilihan keempat kualifikasi batik tulis menurut konsumen Bahan kain16% Tapak canting6%Warna30%Motif28%Abstain20%Bahan kain10%Tapak canting7%Warna53%Motif10%Abstain20% P e r s e p s i K u a l i t a s B a t i k T u l i s . . . , Mandegani 81 Gambar 8. Presentase pilihan keempat kualifikasi batik tulis menurut produsen batik Gambar 9. Persentase persyaratan bahan kain batik tulis menurut konsumen Batik pada kain yang berkualitas, akan menambah keyakinan pengunjung atau konsumen untuk membeli produk batik tulis karena yakin bahwa bahannya enak dipakai serta nyaman. Selain itu jika produk batik tulis halus menggunakan bahan kain yang berkualitas, akan menambah eksklusifitas dari produk batik tersebut. Berbeda halnya jika batik tulis halus menggunakan bahan kain yang kasar jenis kain prima, maka eksklusifitas batik akan menurun. Persyaratan kualitas tapak canting disetujui oleh konsumen batik dengan jumlah 87% terlihat pada Gambar 10. Konsumen batik tentu saja memperhatikan kualitas pencantingan yang memang ditentukan oleh sumber daya manusia yang mengerjakannya. Produk batik halus tidak bisa dikerjakan oleh semua orang tanpa ada Gambar 10. Persentase persyaratan tapak canting batik tulis menurut konsumen kemampuan batik tulis halus, sedangkan batik tulis kasar dapat dikerjakan oleh siapa saja namun perlu memperhatikan pakem-pakem pembatikan. Noda dari proses pembatikan juga perlu diperhatikan karena mempengaruhi kualitas betik tersebut. Batik yang pada dasarnya merupakan proses merintangi warna dengan malam panas dan digores pada media kain atau yang lain, memerlukan kemampuan yang khusus dan melalui proses yang rumit. Proses tersebut akan menghasilkan ketebalan garis, kehalusan garis, serta ketegasan garis yang berpengaruh pada kehalusan kreasi batik secara keseluruhan. Gambar 11 memperlihatkan sebanyak 76% konsumen batik sepakat Gambar 11. Persentase persyaratan warna/ kualitas warna batik tulis menurut konsumen Bahan kain20% Tapak canting2%Warna38%Motif20%Abstain20%Sangat Tidak Setuju2%Tidak Setuju15%Setuju45%Sangat Setuju38%Sangat Tidak Setuju0%Tidak Setuju13%Setuju47%Sangat Setuju40%Sangat Tidak Setuju0%Tidak Setuju24%Setuju30%Sangat Setuju46% 82 D i n a m i k a K e r a j i n a n d a n B a t i k , Vol. 35, No. 2, Desember 2018,75-84 bahwa kualitas warna juga mempengaruhi produk batik tersebut. Konsumen menginginkan warna yang menarik, rapi dan merata. Ketika produk batik memiliki warna yang belang, penurunan minat pembeli mungkin terjadi. Akan tetapi, ketika pewarnaannya rata dan menarik, minat pembeli akan bertambah. Motif pada batik menurut pengunjung juga perlu dipersyaratkan atau diperhatikan dalam proses batik tulis. Pada Gambar 12, sebanyak 71% pengunjung sepakat setuju/ sangat setuju bahwa motif batik tidak bisa sembarangan dibuat tanpa memperhatikan esensi atau filosofi dari batik tersebut. Motif dari masing-masing daerah akan menentukan kesukaan dari konsumen, selain itu juga tren dari fesyen perlu diperhatikan. Gambar 12. Persentase persyaratan motif batik tulis menurut konsumen KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Pengunjung pameran dan atau konsumen batik memperhatikan kualitas batik tulis yang akan dibeli. Pengunjung pameran batik memilih bahan kain sebagai syarat utama batik tulis yang berkualitas, dilanjutkan tapak canting, warna dan motif. Perlunya perhatian dari produsen batik untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan konsumen batik. Saran Perlunya pengembangan penelitian terhadap preferensi dan persepsi produsen batik sehingga dapat menampung keinginan dan harapan konsumen batik. Selain itu perlu adanya regulasi untuk menjamin batik tulis yang berkualitas UCAPAN TERIMAKASIH Terimakasih kami sampaikan kepada seluruh pihak yang telah membantu penelitian ini. Kepala BBKB, Kepala Bidang Saristand yang telah memberikan arahan, dan juga tim penelitian RSNI Batik tulis yang terus berkerja keras dalam menyelesaikan penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA Atika, V., & Salma, I. R. 2017. Kualitas Pewarnaan Ekstrak Kayu Tegeran Cudrania javanensis Pada Batik. Dinamika Kerajinan Dan Batik Majalah Ilmiah, 341, 11. Gaspersz, V. 2002. Pedoman Implementasi Program Six Sigma. Jakarta Gramedia Pustaka Utama. Kotler, P., & Keller, K. L. 2008. Manajemen Pemasaran. B. Molan, Ed. 1st ed.. Jakarta PT Indeks. Moerniwati, E., & Ayoe, D. 2013. Studi Batik Tulis Kasus di Perusahaan Batik Ismoyo Dukuh Butuh Desa Gedongan Kecamatan Plupuh Kabupaten Sragen. ART EDUCARE Pendidikan Seni Rupa, 11, 1–11. Mowen, J. C., & Minnor, M. 2002. Perilaku Konsumen Jilid 2. Jakarta Erlangga. Purwanto, A. 2008. Pengaruh Kualitas Produk, Promosi, dan Desain terhadap Keputusan Pembelian Kendaraan Bermotor Yamaha Mio. Rahayu, N. 2017. Pemerintah Siap Dukung Industri Batik Bangkit Kembali. Retrieved January 8, 2018, from Salma, I. R., Eskak, E., & Wibowo, A. A. 2016. Kreasi Batik Kupang. Dinamika Sangat Tidak Setuju0%Tidak Setuju29%Setuju29%Sangat Setuju42% P e r s e p s i K u a l i t a s B a t i k T u l i s . . . , Mandegani 83 Kerajinan Dan Batik Majalah Ilmiah, 331, 45–54. Sumarwan, U. 2011. Perilaku Konsumen Teori dan Penerapan dalam Pemasaran. Bogor Ghalia Indonesia. Supriyatna, M. J. 2011. Analisis Model Sikap Hubungan Persepsi, Afektif, dan Preferensi Terhadap Minat Beli Batik. Institut Pertanian Bogor. Waidi. 2006. Pemahaman dan teori persepsi. Bandung Remaja Karya. 84 D i n a m i k a K e r a j i n a n d a n B a t i k , Vol. 35, No. 2, Desember 2018,75-84 ... Akan tetapi, meski banyak diminati oleh masyarakat, terkadang masyarakat masih mengeluhkan kualitas batik. Salah satu hal yang dikeluhkan oleh masyarakat adalah kelunturan warnanya, padahal ketahanan luntur warna merupakan salah satu parameter kualitas batik Mandegani, dkk., 2018 Godek, dkk., 2010. Interaksi antara keringat yang bersifat asam maupun basa dengan kain menimbulkan reaksi kimia yang dapat mempengaruhi zat pengunci dalam kain batik, sehingga menyebabkan terjadinya kelunturan Pujilestari, 2014;Amalia & Akhtamimi, 2016;Sofyan & Failisnur, 2016;Luftinor, 2017 Herlina, 2007;Sancaya, 2011;Paryanto, dkk., 2018 Kackar, 1985. ...... Akan tetapi, meski banyak diminati oleh masyarakat, terkadang masyarakat masih mengeluhkan kualitas batik. Salah satu hal yang dikeluhkan oleh masyarakat adalah kelunturan warnanya, padahal ketahanan luntur warna merupakan salah satu parameter kualitas batik Mandegani, dkk., 2018 Godek, dkk., 2010. Interaksi antara keringat yang bersifat asam maupun basa dengan kain menimbulkan reaksi kimia yang dapat mempengaruhi zat pengunci dalam kain batik, sehingga menyebabkan terjadinya kelunturan Pujilestari, 2014;Amalia & Akhtamimi, 2016;Sofyan & Failisnur, 2016;Luftinor, 2017 Herlina, 2007;Sancaya, 2011;Paryanto, dkk., 2018 Kackar, 1985. ... Debrina Puspita AndrianiUnggul SetiajiMahendra HabriantamaABSTRAK Batik merupakan salah satu produk kearifan lokal yang sangat digemari oleh masyarakat. Akan tetapi, dari beberapa penelitian sebelumnya diketahui bahwa meskipun menjadi produk favorit, masih banyak konsumen yang mengeluhkan terjadinya kelunturan pada batik milik mereka. Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kelunturan tersebut, salah satunya berdasarkan parameter keringat. Pada hasil uji ketahanan luntur warna yang telah dilakukan terhadap sampel batik, diperoleh nilai 2 untuk keringat asam dan basa yang menunjukkan bahwa hasil tersebut belum sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh SNI. Oleh karena itu, dilakukan penelitian menggunakan desain eksperimen dengan ANOVA untuk mengidentifikasi faktor-faktor kendali dan menentukan nilai setting level optimal. Pada penelitian ini didapatkan setting level optimal dengan jenis kain rayon, jenis zat pewarna indigosol, jenis bahan pengunci waterglass dan kostik, rasio bahan pengunci ¼¾, jumlah pencelupan 3 kali, waktu pencucian 3 jam, jenis air air pH 7,5, dan NH3 0,08mg/L. Hasil eksperimen konfirmasi juga telah menunjukkan hasil uji ketahanan luntur warna telah memenuhi standar SNI. ABSTRACT Batik, one of the local wisdom products, is very popular in the community. However, from a number of preliminary studies it was known that despite being a favorite product, there were still many consumers who complained about the occurrence of wear off in their batik. There are several factors that can affect it, one of which is based on perspiration parameters. On the results of the color resistance test that has been carried out on batik samples, obtained a value of 2 for acid and alkaline of perspiration parameters which indicates that the results were not in accordance with the standards set by SNI. Therefore, this study was conducted using experimental design with ANOVA to identify the control factors and determine the value of optimal setting level. Based on the results, the optimal level setting was obtained with the type of rayon cloth, the type of indigosol coloring agent, the type of water glass and boarding material, the locking material ratio ¼ ¾, the number of immersion 3 times, washing time 3 hours, type of water pH water and NH3 / L. The results of the confirmation experiment had also shown that the color resistance test results have met the SNI standards.... The uniqueness of the product partially or singly does not have a significant effect on purchasing decisions in his research [14]. Consumer perceptions of the product want handmade batik with comfortable fabric, neat canting footprints, attractive motifs, and quality coloring, so that this needs to be required and fulfilled by the manufacturer [15]. ...Hand drawn textiles wax dyeing process batik tulis has been known as the cultural heritage of Indonesia. Batik is the process of pattern coloring on fabric using selective wax coating as barrier to dyes. The encouragement of industrial revolution concurrently with efforts to preserve Indonesian cultural heritage has motivated this research to design the mBatik, a hand drawn batik machine, a touch of advanced technology for Indonesian batik tulis traditions. the mBatik consists of a CNC plotter sub-system and a textile hot wax applicator sub-system as an automatic canting. The development of machine design and virtual prototype testing was done using the Inventor application. Continued by fabricating the 3D model components of the mBatik machine using a 3D printer and manual assembly of the mBatik machine. The characterization of the waxing process on the fabric was explored using this machine. The characterization concluded that the thickness of the wax line Y was significantly affected by the heating power X 1 and wax filling volumes X 2 with the linear regression function of Y = + X 1 + X 2 and the R square value of industrial revolution currently offers traditions. Those offer options for chose to survive, join, or forms of technology are offering unnecessity because the community has a system and local wisdomthat keeps the form of tradition in its place. One of tradition form that’s facing on offer is batik in character basic on regional potencies as a characteristic of Girilayu’s batik design. Meanwhile, thespecific purpose of this research is explaining the background of batik designers in Girilayu when makingdesign development, to expose and promote the regional character in the industrial revolution era focus of the research problem includes changes and design innovations carried out by Girilayu’s batikdesigners, within the last three years, from 2016 until the middle of 2019. The research method used qualitativewith a hermeneutic approach through findings that shows visual characters of Girilayu batik. That appearedas a representation of Girilayu’s community still maintains cultural nobility by exploring regional potenciesas batik’s Atika Irfa'Ina Rohana SalmaABSTRAKEkstrak kayu Tegeran digunakan sebagai sumber warna kuning untuk soga batik. Penggunaanya sebagai pewarna tunggal batik sangat jarang karena menurut perajin batik mudah luntur dan warna kurang cerah. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa ekstrak kayu Tegeran sebagai zat warna tunggal pada batik. Kayu Tegeran diekstraksi pada suhu kamar, 50ºC, 75ºC dan 100ºC menggunakan pelarut air selama 1 jam. Pewarnaan batik dilakukan dengan ekstrak kayu Tegeran sebanyak 8 kali pada suhu kamar. Proses pelepasan malam lilin batik dilakukan dengan pelarut air pada suhu 100ºC selama 1 jam. Batik dianalisa dengan menggunakan parameter uji arah, ketuaan warna, ketahanan luntur warna terhadap gosokan basah, pencucian dan sinar matahari. pH larutan ekstrak kayu Tegeran hasil ekstraksi pada suhu kamar, 50ºC, 75ºC dan 100ºC berturut-turut sebesar 5, 4, 4-5, 3-4. Arah warna batik hasil pewarnaan dengan kayu Tegeran yaitu kuning hingga cokelat tua. Nilai ketuaan warna batik katun hasil pewarnaan dengan kayu Tegeran antara 22,24 – 40,33 dan batik sutera bernilai antara 38,39 – 46,75. Nilai pengujian ketahanan luntur warna batik hasil pewarnaan dengan kayu Tegeran terhadap gosokan basah rata-rata memberikan nilai 4 – 5, sedangkan nilai ketahanan luntur warna terhadap pencucian dan sinar matahari langsung rata-rata memberikan nilai 4. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ekstrak kayu Tegeran dapat digunakan sebagai pewarna batik dengan warna cerah dan ketahanan luntur baik. ABSTRACTThe Tegeran wood extract has been used as the yellow color source for batik soga. As a single color for batik, it is rarely used because tend to have poor color fastness and less bright color. This research aim is to analyze Tegeran wood extract as a single dye for batik. Tegeran wood extracted on various temperature room temperature, 50ºC, 75ºC, 100ºC using water as the solvent for an hour. Then it is used for batik dyeing with 8 times soaking at room temperature. The batik wax releasing process is conducted by base hot water for an hour. Batik is then analyzed using various testing parameters such as shade, color intensities and color fastness properties. The acidity of Tegeran extract from extraction process at room temperature, 50ºC, 75ºC dan 100ºC are in line 5, 4, 4-5, 3-4. Shades of color are yellow to dark brown. Color intensity score for cotton batik range is 22,24 – 40,33 and for silk batik is 38,39 – 46,75. The color fastness score to wet rubbing is 4 – 5, and to washing and direct sunlight is 4. From the result, it can be concluded that Tegeran wood extract can be used as batik dye with bright color and good color fastness Batik Tulis Kasus di Perusahaan Batik Ismoyo Dukuh Butuh Desa Gedongan Kecamatan Plupuh Kabupaten SragenE MoerniwatiD AyoeMoerniwati, E., & Ayoe, D. 2013. Studi Batik Tulis Kasus di Perusahaan Batik Ismoyo Dukuh Butuh Desa Gedongan Kecamatan Plupuh Kabupaten Sragen.Perilaku Konsumen Jilid 2. Jakarta ErlanggaJ C MowenM MinnorMowen, J. C., & Minnor, M. 2002. Perilaku Konsumen Jilid 2. Jakarta Siap Dukung Industri Batik Bangkit KembaliN RahayuRahayu, N. 2017. Pemerintah Siap Dukung Industri Batik Bangkit Kembali. Retrieved January 8, 2018, from 35/pemerintah-siap-duku Konsumen Teori dan Penerapan dalam PemasaranU SumarwanSumarwan, U. 2011. Perilaku Konsumen Teori dan Penerapan dalam Pemasaran. Bogor Ghalia Model Sikap Hubungan Persepsi, Afektif, dan Preferensi Terhadap Minat Beli BatikM J SupriyatnaSupriyatna, M. J. 2011. Analisis Model Sikap Hubungan Persepsi, Afektif, dan Preferensi Terhadap Minat Beli Batik. Institut Pertanian dan teori persepsiWaidiWaidi. 2006. Pemahaman dan teori persepsi. Bandung Remaja Batik Kupang. Dinamika Kerajinan Dan Batik Majalah IlmiahI R SalmaE EskakA A WibowoSalma, I. R., Eskak, E., & Wibowo, A. A. 2016. Kreasi Batik Kupang. Dinamika Kerajinan Dan Batik Majalah Ilmiah, 331, 45-54.
Terdapatbeberapa teknik dalam membatik, diantaranya batik tulis, batik cap, batik cetak, batik celup/ikat/jumput, dan batik lukis. Praaksara merupakan istilah yang dipakai untuk menggambarkan masa dimana manusia belum mengenal tulisan. Zaman Praaksara saat ini sebut dengan Zaman Prasejarah. Setelah tamat sekolah, Rahmat mempunyai dua
Kain batik tulis merupakan warisan budaya tradisional Indonesia yang mendunia, yang tidak hanya disukai dan dikenakan oleh masyarakat Indonesia tetapi juga populer di belahan negara lain, seperti negara Asia, Eropa dan Amerika. Batik tulis memiliki nilai dan harga yang jauh lebih tinggi daripada batik print atau cap dikarenakan proses pengerjaannya yang memakan waktu yang lebih panjang. Kisah panjang pembuatan batik dari awal sampai menghasilkan kain batik yang indah secara fisik tidak hanya dilakukan oleh satu orang pembatik yang duduk di bangku pendek yang melukisi kain kosong dengan lilin malamnya, tetapi pembuatan sehelai kain batik membutuhkan beberapa pembatik yang memang ahli dalam tiap proses pembuatan tahap demi tahap. Berikut tahap-tahap dan istilah-istilah dalam proses pembuatan kain batik tulis asli mulai dari pembuatan pola pertama sampai pewarnaan terakhir 1. Nyungging Proses pertama kali ketika membuat batik tulis yaitu membuat pola di atas kertas yang dikerjakan oleh spesialis pola. Tidak semua orang dapat mengerjakan pola ini. 2. Njaplak Proses memindahkan pola dari kertas ke kain. 3. Nglowong Di tahap ini, pembatik mulai melekatkan malam/lilin sesuai dengan pola yang telah dibuat. 4. Ngiseni Memberikan isen-isen isian pada ornamen-ornamen tertentu seperti gambar bunga atau hewan. 5. Nyolet Memberikan warna pada bagian-bagian tertentu dengan kuas. 6. Mopok Bagian ini adalah menutup bagian yang telah dicolet dengan malam. 7. Nembok Proses menutup bagian latar belakang pola yang tidak perlu diwarnai. 8. Ngelir Proses pewarnaan kain secara menyeluruh dengan memasukkannya ke dalam pewarna alam atau kimia. 9. Nglorod Proses meluruhkan malam untuk pertama kali dengan merendamkannya di dalam air mendidih. 10. Ngrentesi Proses memberikan titik/cecek pada klowongan menggunakan canting dengan jarum yang tipis 11. Nyumri Menutup bagian tertentu dengan malam. 12 . Nglorod Proses akhir meluruhkan dan melarutkan malam pada kain dengan memasukkan pada air mendidih, kemudian diangin-anginkan sampai kering. Proses nglorod tergantung pada banyaknya warna yang ingin dihasilkan pada satu helai kain batik. Semakin banyak warna yang diinginkan, semakin banyak proses nglorod yang akan dilakukan. Itulah mengapa kain batik memiliki nilai dan harga yang lebih tinggi dibandingkan batik-batik lainnya. Proses pengerjaan satu kain batik membutuhkan kesabaran, ketekunan dan ketelitian dari masing-masing pengrajin batik. Proses pengerjaan yang panjang dan rumit biasanya membutuhkan waktu berbulan-bulan sampai bertahun-tahun.
1 Nyungging. Proses pertama kali ketika membuat batik tulis yaitu membuat pola di atas kertas yang dikerjakan oleh spesialis pola. Tidak semua orang dapat mengerjakan pola
Seragamyang berkualitas tinggi dan memberikan banyak manfaat untuk anda. itulah yang akan kami jelaskan disini tentang bagaimana seseorang harus mengoptimalkan toko online demi tercapainya target penjualan seperti apa yang mereka harapkan. Contoh title tag menggoda seperti “Jual Baju Batik Super Murah dan Berkualitas DIJAMIN!”, dll
- Цеτι ቾոмиቼըቴυ авዬф
- Խр есракту урсуጲ
- ጂ ብечի
- Тр а
- Гιլе оծαρыፅኔт прխ
- Пէնо πաщωб
- ጭрապևለоሮе οսωрըр
Mengingatjauh sebelum bangsa Indonesia berdiri seperti sekarang dan jauh sebelum ustad-ustad itu hadir melalui teknologi masa kini. Berbicara agama, budaya, dan tradisi sejak era Kerajaan Mataram Islam sudah mengakar dan menguat terkait tentang alam, manusia, dan ketuhanan. Bahkan jauh sebelum Kerajaan Mataram Islam itu sendiri berdiri.
v0D5. k85owmdd28.pages.dev/347k85owmdd28.pages.dev/48k85owmdd28.pages.dev/144k85owmdd28.pages.dev/42k85owmdd28.pages.dev/271k85owmdd28.pages.dev/120k85owmdd28.pages.dev/263k85owmdd28.pages.dev/328k85owmdd28.pages.dev/397
mengapa batik tulis berkualitas tinggi jelaskan